Sidomulyo, Lampung Selatan – – Sore itu, di Desa Budidaya, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, awan kelabu, sesekali rintik gerimis turun, sayup-sayup terdengar suara rintihan yang terdengar getir, karena menahan sakit, Jumat (12/1/2024) sekitar pukul 16.15 WIB.
Suara rintihan yang bercampur tangisan menahan rasa sakit itu, semakin kencang terdengar, membuat beberapa warga sekitar mencari tahu, karena penasaran.
Ternyata, suara jeritan tangis itu berasal dari reruntuhan rumah semi permanen yang tiba-tiba ambruk sore itu, membuat warga sekitar bergegas berusaha menolong dari himpitan atap yang sudah lapuk.
Setelah berhasil ditemukan, jeritan itu berasal dari seorang bocah perempuan bernama Intan (9) yang tertimpa atap rumah yang sudah lapuk termakan usia, membuat lengan kirinya patah.
Kemudian dibawa ke klinik medis terdekat untuk diberikan pertolongan, akan tetapi kondisinya lumayan parah, akhirnya di bawa ke Puskesmas Sidomulyo, meskipun akhirnya di rujuk ke rumah sakit Bob Bazar Kalianda.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun lamselpost.co, Intan merupakan cucu bungsu dari mbah Martingah (66) yang pada saat kejadian sedang tidak ada di rumah.
Sedangkan rumah semi permanen yang ambruk tersebut sudah lama tidak dihuni lagi oleh mbah Martingah, lantaran sudah dibangun rumah permanen yang berada di persis di sampingnya.
Kemungkinan karena masih sayang atau butuh biaya, sehingga janda tua yang mengurus empat orang cucu itu tidak merobohkan rumah peninggalan mendiang suaminya.
Bocah perempuan malang itu akhirnya harus kembali di rujuk ke rumah sakit yang berada di Bandar Lampung, karena keterbatasan alat di rumah sakit Bob Bazar Kalianda.
“Malam ini juga di rujuk ke rumah sakit di Bandar Lampung,” kata Pendamping PKH Desa Budidaya, Ujang.
Dijelaskannya, mbah Martingah merupakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH) sehingga sudah menjadi kewajibannya untuk mengurusi musibah yang dialami.
“Mbah Martingah KPM dari PKH, merupakan Kepala Keluarga,” kata dia.
Kesehariannya mbah Martingah mengurus 4 orang cucu, sedangkan ibunya Intan sudah lama kerja mengadu nasib di negeri Taiwan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).
“Ibunya Intan merupakan anaknya mbah Martingah kerja di luar negeri,” ujarnya.
Pada waktu kejadian, cucu mbah Martingah sedang bermain di rumah semi permanen tersebut, naas tiba-tiba ambruk dan menimpanya.
“Rumah itu masih berlantai tanah, memang korban sering main disitu,” kata dia.
Konon, ibunya Intan sudah berpisah dengan bapaknya, secara otomatis menjadi tulang punggung keluarga, sehingga menjadi pahlawan devisa.
“Informasinya seperti itu, paling penting sekarang doakan Intan lekas sembuh,” katanya yang baru pulang dari Rumah sakit Bob Bazar Kalianda.
Kondisi puing rumah yang ambruk rata dengan tanah sudah dibersihkan warga sekitar dengan bergotong royong. HAN